Kamis, 24 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1





KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
SEBAGAI PEMIMPIN

ARIEF FITRIAN, S.Pd.I

CGP ANGKATAN 11 KELAS 03.B
SDN 15 WAY SERDANG, MESUJI, LAMPUNG
FASILITATOR : ANANG SUPRAPTO, M.Pd
PENGAJAR PRAKTIK : FATIMAH, S.Pd.I



Pada aktivitas koneksi antar materi kali ini, penulis akan mencoba mengoneksikan materi Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dengan modul- modul dalam PGP yang sudah dipelajari sebelumnya.


Filosofi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Proses “menuntun” yang dimaksudkan kemudian diimplementasikan dalam bentuk Pratap Triloka yang kita kenal dengan ungkapan Ing ngarso sing tuladha (Di depan anak murid, Guru harus mampu memberikan contoh/teladan yang baik), Ing madya mangun karsa (Di tengah/ Di antara muridnya, Guru mampu memberikan inspirasi / motivasi. Dan Tut Wuri Handayani (Di belakang muridnya, Guru harus memberikan dukungan dan kepercayaan).

. Jika dikaitkan dengan materi modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, bisa diartikan bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi muridnya, memberikan motivasi dan dorongan bagi kemajuan dan kesuksesan murid-muridnya. Begitu juga dalam hal pengambilan keputusan haruslah berpihak pada murid. Berpihak pada murid maksudnya adalah agar keputusan yang diambil harus memiliki nilai kepentingan untuk murid dan beorientasi pada kebutuhan murid. Dan seminim mungkin menghindari pengambilan keputusan yang akan menyakiti hati murid atau menimbulkan masalah baru bagi murid


Nilai-Nilai Guru Penggerak

Nilai-nilai sebagai Guru Penggerak terdiri atas 5 Nilai yaitu : Berpihak pada murid , Mandiri, Reflektif, Kolaboratif dan Inovatif. Kelima Nilai Guru Penggerak ini sangat berpengaruh secara etika dan emosional terhadap prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika. Nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam dalam diri seorang guru akan membentuk suatu karakter yang kuat dan berpengaruh pada prinsip dalam pengambilan keputusan. Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Sebagai seorang pemimpin, keputusan yang kita ambil harus berdasar pada tiga unsur yaitu berpihak pada murid, berdasar pada nilai-nilai kebajikan universal dan juga bertanggung jawab.


Coaching

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Salah satu tujuan coaching yaitu menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan masalah. Seorang guru bisa menggunakan keterampilan coaching dalam membantu siswa memecahkan masalah yang dihadapi dan membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Melalui kegiatan coaching, keputusan yang diambil akan lebih efektif, karena berdasarkan potensi yang dimiliki oleh seseorang. Sama halnya jika kita ingin mengambil suatu keputusan terhadap suatu kasus. Apalagi kasus tersebut melibatkan rekan sejawat guru. Maka proses coaching adalah proses yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka membimbing rekan kita tersebut dan sama-sama menemukan rangkaian kegiatan yang bertanggung jawab dalam penuntasan kasus yang terjadi. Alur percakapan TIRTA serta mendengarkan dengan RASA akan memberikan suasana positif bagi pelaku kasus dan menggiring pada solusi terbaik.


Kompetensi Sosial dan Emosional

Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik, akan lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid. Kestabilan sosial-emosional yang dimiliki seorang Guru berpengaruh positif pada kemampuannya dalam mengelola kelas dan memanajemen kelas. Hubungan baik antara Guru dan murid ini akan mampu mewujudkan lingkungan belajar yang suportif yang penuh dengan pembelajaran-pembelajaran bermakna. Kemampuan sosial emosional seorang guru akan berpengaruh dengan kemampuan dalam pengambilan keputusan, contohnya pada kasus dilema etika. Karena pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berdasar pada nilai-nilai kebajikan universal membutuhkan keterampilan sosial dan emosional.


Tentang Studi Kasus Masalah Moral Atau Etika

Seorang yang berprofesi sebagai guru tentunya memiliki professional judgement (pertimbangan profesional) dalam menganalisis kasus serta efek dari ketuntasan sebuah kasus tersebut terhadap nama baiknya dan nama baik sekolah. Pertimbangan itu sering sekali lahir dari nilai-nilai kebajikan yang selama ini dianut oleh seorang guru tersebut. Apabila nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin adalah nilai-nilai kebajikan universal, maka besar kemungkinan semua putusan yang diambil oleh pemimpin tersebut akan berpihak pada murid, beerdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat secara penuh dipertanggungjawabkan.


Pengambilan Keputusan Yang Tepat

Pengambilan keputusan dipandang tepat dan akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah dengan melibatkan berbagai pihak terkait dalam pengambilan keputusan tersebut. Jika masalahnya adalah masalah yang masih bisa ditolerir dan masih bisa dikonsumsi oleh publik, maka tidak ada salahnya menyelesaikan masalah dengan musyawarah mufakat. Namun, jika kasus di sekolah tersebut sangat sensitif dan tidak layak dikonsumsi oleh publik, sebagai pemimpin perlu mencari penyelesaian yang terbaik dengan pelaku dalam kasus tersebut dengan orang tuanya secara tertutup. Dan kemudian hasil akhirnya dikomunikasikan dengan guru dan komite. Hal ini perlu untuk mengantisipasi berbagai anggapan buruk dari pihak ketiga atau masyarakat terhadap citra sekolah. Dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, maka pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman sehingga akan terbangun budaya positif.


Tantangan-Tantangan

Yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan terkait kasus dilemma etika yang ada di lingkungan saya diantaranya :

  1. Pemikiran yang berbeda pada setiap individu sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dan cukup sulit dalam membangun kolaborasi serta mengambil keputusan yang baik bagi semua pihak.
  2. Pola pikir orang tua terhadap pendidikan anak yang masih menganggap pendidikan semata-mata tanggung jawab guru di sekolah sehingga ruang kolaborasi antara prang tua dan sekolah masih sulit dibangun.
  3. Banyak siswa yang mengalami broken home akibat perceraian orang tuanya dan mengalami penelantaran sehingga sulit melakukan komunikasi dengan orang tua.


Pengaruh Pengambilan Keputusan Dengan Pengajaran Yang Memerdekakan Murid

Pengambilan keputusan yang kita ambil dalam menuntaskan permasalahan kasus di sekolah sangat dipengaruhi oleh pengajaran kita yang memerdekakan murid. Jika keputusan yang diambil memberikan efek yang baik, menenteramkan, menertibkan dan menyenangkan semua pihak dan tidak menyakiti perasaan. Maka secara tidak langsung itu adalah cara kita dalam memerdekakan murid-murid kita.

Untuk menciptakan pengajaran yang memerdekakan murid dan sesuai dengan potensi mereka masing-masing diperlukan asesmen diagnostic oleh seorang guru. Hal ini untuk menentukan pembelajaran yang tepat yang memerdekakan murid-murid dan menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi masing-masing murid. Pembelajaran yang tepat dalam mengakomodasi potensi murid yang berbeda-beda dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi


Pengaruh Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin Pembelajaran Dengan Kehidupan Atau Masa Depan Murid.

Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran yang bertugas menuntun kodrat anak dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan harus berpihak pada murid sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik. Guru harus mampu menerapkan dasar pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, sesuai dengan nilai- nilai kebajikan serta bertanggung jawab. Segala yang kita putuskan akan sangat berpengaruh pada kehidupan dan masa depan murid. Kesalahan dalam mengambil keputusan terhadap kasus yang melibatkan murid akan berefek pada masa depan murid yang bisa saja makin terpuruk.


Kesimpulan Akhir Modul

Kesimpulan dari pembelajaran modul 3.1 ini adalah bahwa dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin hendaknya berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Selain itu keputusan yang diambil juga harus berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.

Dalam modul 1 kita dibekali teori dasar dalam keberpihakan pembelajaran pada murid. Di modul 2 berisi tentang bekal kita dalam pelaksanaan pembelajaran, sementara modul 3 ini adalah modul yang membekali kita menjadi seorang pemimpin pembelajaran. Ketiga modul ini saling berkaitan dan menjadi bekal kita dalam mengimplementasikan pembelajaran merdeka demi terwujudnya profil pelajar Pancasila.


Hal-Hal Yang Di Luar Dugaan

Pemahaman saya tentang kasus dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan masih perlu digali kembali dengan banyak mengadakan diskusi dan kajian-kajian lanjutan. Khususnya dalam menganalisis berbagai studi kasus nyata yang terjadi di sekolah dan bukan hanya kepada murid, tetapi juga studi kasus yang didalamnya melibatkan rekan kita. Bagaimana kita harus bersikap dan bagaimana kita menerapkan konsep-konsep seperti 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan jika yang menjadi pelaku adalah rekan sejawat kita sendiri.

Hal yang diluar dugaan adalah setelah menjalani proses wawancara di demonstrasi kontekstual. Kepala Sekolah yang saya wawancarai masih berpatokan kepada keefektifan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.


Penerapan Pengambilan Keputusan Sebelum Mempelajari Modul 3.1

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal pada kasus dilema etika, namun belum menerapkan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. keputusan yang saya ambil hanya berdasarkan pada sesuatu yang saya anggap benar.


Dampak Mempelajari Modul 3.1

Setelah mempelajari modul ini saya jadi bisa membedakan kasus-kasus antara bujukan moral dan dilemma etika. Saya juga jadi tahu bahwa dalam mengambil keputusan kita harus berdasar pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.


Penting Mempelajari Topik Modul 3.1

Sangat penting bagi saya untuk mempelajari modul ini. Melalui modul ini, saya jadi memahami bahwa setiap keputusan yang saya ambil akan berdampak pada masa depan murid. Saya juga menyadari bahwa pengambilan keputusan haruslah berpihak pada kepentingan murid, berdasar pada nilai-nilai kebajikan dan harus dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagai seorang pemimpin, modul ini memberikan saya bekal yang menuntun saya kepada kebijaksanaan yang mampu mengangkat profesionalitas sebagai guru, menuntun saya lebih luwes dalam menyikapi berbagai kasus yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar