Kamis, 11 Juli 2024

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.2

 

Oleh Arief Fitrian, S.Pd.I,  CGP Angkatan 11 Kelas 03.B

Saat ini saya sedang menjalani Pendidikan Guru Penggerak.  Sejauh ini banyak perubahan pada diri saya baik dalam pola pikir maupun cara menjalani aktivitas sebagai guru daripada sebelum mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Dari perubahan-perubahan yang saya rasakan saat ini, saya membayangkan bagaimana diri saya 3 tahun kedepan setelah menyesesaikan Pendidikan Guru Penggerak.


A. Gambaran Diri Di Masa Depan Menjalani Aktivitas Sebagai Guru Penggerak

Perjalanan awal dimulai setelah lulus dari program Pendidikan Guru Penggerak kemudian menjalani peran sebagai guru penggerak selama tiga tahun, saya membayangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri, lebih termotivasi, penuh dengan gagasan dan ide-ide inovatif dalam menjalankan peran dan kewajiban sebagai pendidik dan guru penggerak.

Nilai-nilai guru penggerak yang saya pedomani yang meliputi berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif telah ada dalam diri saya dan berkembang secara signifikan. Peran saya sebagai guru penggerak juga semakin nyata dan berdampak positif baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat dalam membawa transformasi pendidikan meskipun banyak menghadapi tantangan dan hambatan. Saya semakin yakin dan percaya dengan langkah saya membawa gerakan perubahan baik untuk diri saya, lingkungan sekolah dan ekosistem pendidikan secara umum.

B.  Nilai-nilai Guru Penggerak

1. Berpihak Pada Murid  

Selama tiga tahun saya menjalani peran sebagai guru penggerak, nilai guru penggerak yang berpihak pada murid semakin tumbuh dan menyatu dalam diri. saya membayangkan, gambaran diri saya dalam pembelajaran yang berpihak pada murid sebagai berikut.

Saya menerapkan filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan adalah menuntun anak sesuai dengan kodratnya untuk mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan. Saya  mengkondisikan suasana kelas secara kondusif, riang dan bahagia dalam belajar sehingga anak didik antusias dalam setiap proses pembelajaran.

Semboyan Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani saya terapkan dengan usaha dan kemampuan saya. Sebagai pendidik saya memberi contoh tauladan yang baik, menyemangati, menginspirasi dan mendorong agar anak berkembang sesuai dengan potensinya.

Saya menerapkan model/metode pembelajaran yang berpusat pada murid seperti Model PBL, PjBL, Discovery Learning dengan pendekatan saintifik, keterampilan proses dan lain-lain dan mengembangkan pembelajaran abad 21 untuk menjawab tuntutan zaman yang diharapkan siswa memiliki kompetensi 4C (Collaboration, Comunication, Creativy dan Critical Thingking). Mengadakan pembelajaran kolaboratif baik yang mandiri maupun yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dan project kelompok yang memungkinkan siswa dapat berkolaborasi.  Saya melakukan pembelajaran yang menumbuhkembangkan karakter dan nilai-budaya yang memanfaatkan kekuatan sosio-kultural.

Selain itu, saya menggunakan dan mengembangkan media dan alat peraga yang inovatif dan menarik yang sesuai dengan model pembelajaran abad 21 dengan melibatklan platform digital/sosmed yang dekat dengan keseharian anak sehingga siswa semangat belajar.  Sementara sebagai guru saya berperan menjadi fasilitator.

2. Kolaboratif

Kolaborasi adalah ide menelurkan gagasan secara bersama-sama  untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Kolaborasi bisa dilakukan dengan siswa, rekan sejawat, orangtua atau pihak lain yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Saya membayangkan, di masa depan saya sebagai Guru Penggerak menjadi pribadi yang aktif melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.  Saya aktif berkolaborasi dengan sesama guru di sekolah untuk mendiskusikan model, metode dan pendekatan pembelajaran yang  efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kami juga aktif berkolaborasi dan berbagi pengalaman  serta saling menceritkan tantangan yang dihadapi dan mencari solusinya bersama-sama.

Saya aktif berkolaborasi dengan teman-teman KKG PAI di Kecamatan Way Serdang dan KKG PAI di Kabupaten Mesuji untuk mendiskusikan terkait pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Aktif berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain untuk mengadakan pembelajaran dan project kolaborasi. Aktif berkolaborasi dengan orang tua untuk mendukung setiap program pembelajaran yang menjadi program sekolah. 

3. Reflektif 

Reflektif mengandung arti bahwa seorang guru penggerak mampu senantiasa merefleksikan diri dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Saya membayangkan, sebagai guru penggerak saya telah menjadi pribadi yang reflektif.  Saya selalu mempersiapkan dengan baik apa yang akan saya lakukan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Saya mempersiapkan bagaimana suasana kelas yang akan saya ciptakan, model pembelajaran, metode dan  pendekatan pembelajaran sera  alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran sudah didesain secara matang.

Saya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan kemudian melakukan evaluasi, apa yang kurang dalam pembelajaran dengan meminta umpan balik siswa dan mendokumentasikannya dalam bentuk catatan maupun jurnal sebagai bahan untuk merancang pembelajaran yang lebih baik dan lebih inovatif di pembelajaran berikutnya. Segala aktivitas dalam pendidikan saya dokumentasikan dalam bentuk portofolio digital dengan memanfaatkan teknologi digital yang saya kuasai.

Secara berkala meminta masukan dari rekan sejawat untuk hadir dalam pembelajaran  dan menilai pembelajaran saya untuk direfleksi mana yang sudah baik dan mana yang harus ditingkatkan. Melakukan pembelajaran berikutnya yang merupakan perbaikan dari hasil evaluasi, umpan balik siswa dan rekan sejawat dari pembelajaran sebelumnya.  Di samping itu, secara berkala melakukan evaluasi terhadap  sikap, perbuatan, program pembelajaran dan lain sebagainya.

4. Mandiri

Saya membayangkan, sebagai guru penggerak saya terbiasa menjadi pribadi yang mandiri. Saya senantiasa berusaha  untuk tidak membebani siswa, rekan sejawat, pimpinan dan institusi sekolah dalam proses pengembangan diri saya.

Sebagai pribadi yang mandiri, saya memiliki kesadaran bahwa belajar adalah perjalanan sepanjang hayat. Saya berusaha melakukan kegiatan pengembangan diri tanpa membebani pihak atau institusi manapun, tanpa menunggu perintah dari siapapun.  Saya mengenali dan mengetahui kompetensi mana dari diri saya yang perlu saya kembangkan. Saya rutin menginvestasikan waktu dan uang untuk membeli buku-buku yang digunakan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai guru.

Saya mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri yang diselenggarakan oleh Kemendikbud melalui SIMPKB maupun lembaga-lembaga lain yang terpercaya dengan penuh semangat. Mengikuti kegiatan pelatihan publikasi ilmiah, pelatihan penulisan jurnal, pelatihan menulis artikel dan buku, untuk meningkatkan kompetensi menulis saya lalu aktif berbagi dengan sesama guru, warga sekolah dan lingkungan eksternal pendidikan untuk berbagi atas apa yang sudah saya pelajari. Saya mendorong semangat belajar bersama. 

5. Inovatif 

Nilai inovatif dari seorang Guru Penggerak adalah mampu senantiasa memunculkan ide-ide maupun gagasan-gagasan baru yang tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan yang ada pada saat itu.

Saya membayangkan, sebagai guru penggerak saya adalah pribadi yang inovatif yang mampu memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran ataupun pengembangan sekolah. Saya membiasakan diri menciptakan suasana pembelajaran yang atraktif dan menyenangkan untuk siswa yang berbeda dengan gaya belajar konvensional selama ini. Selalu mencoba dan menemukan kombinasi metode, model dan pendekatan serta alat peraga untuk pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia dan zaman siswa. Dengan inovasi-inovasi yang saya lakukan akan banyak orang terinspirasi untuk menggunakan atau mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran.


Selasa, 02 Juli 2024

Koneksi Antar Materi Modul 1.1 Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara | Arief Fitrian, S.Pd.I

 

Koneksi antar materi modul 1.1

Oleh Arief Fitrian

CGP Angkatan 11 Kelas 11.03

 

A. Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1.     Arti dan Maksud Pendidikan

Kata ‘Pendidikan’ dan ‘Pengajaran’ itu seringkali dipahami sama padahal berbeda. Pengajaran  merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu adalah salah satu cara dalam pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. 

Maksud Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

 

2.     Pendidikan Yang Menuntun

Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak – anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang “Pamong” dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

 

3.     Pendidikan Yang Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodrtanya sesuai dengan alam dan zamannya. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21, sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya murid setempat, Murid di Indonesia Barat tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

 

4.     Pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak.

Pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh kembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan harus berorientasi pada murid sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.

 



B.  Hal yang saya percayai sebelum mempelajari Modul 1.1

Sebelum saya mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang menjabarkan tentang pemikiran beliau tentang pendidikan, Pembelajaran yang saya lakukan masih berorientasi Teacher-Centered (berpusat pada guru) dimana murid hanya sebagai objek pembelajaran saja. Pembelajaran yang sering saya lakukan lebih banyak sebatas mentransfer materi pelajaran saja dengan menganggap bahwa ketuntasan belajar cukup dengan penyampaian materi saja dan penguasaan materi oleh murid lebih penting daripada memahami karakteristik murid. Di sini, biasanya saya hanya melihat ketuntasan belajar  murid dari aspek kognitif saja misalnya saat mereka mengerjakan soal berupa Tugas atau Penilaian Harian. Jika nilai murid sudah mencapai KKM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil dan begitu juga sebaliknya.

Sebelumnya-pun saya kurang memperharikan apakah murid sudah benar-benar paham dari apa yang saya ajarkan atau belum, karena fokus saya lebih pada ketercapaian materi mengingat materi yang saya ajarkan sangat padat. Selain itu Refleksi maupun umpan balik setelah pembelajaran sangat jarang dilakukan.  Dalam proses pembelajaran di kelas, saya lebih sering menggunakan metode ceramah, meskipun kadang ada diskusi tapi kurang memberi makna bagi murid. Setelah itu memberi contoh soal lalu memberi latihan soal untuk pendalaman materi. Berkaca dari hal ini, apa yang saya lakukan saya sadari salah dan jauh dari pemikiran bahwa seorang Guru harus menghamba pada murid.

 

C.  Pemikiran dan Perilaku yang berubah setelah mempelajari Modul 1.1

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa apa yang saya pikirkan dan saya lakukan selama ini tidaklah tepat. Pemikiran saya masih banyak dipengaruhi pemikiran lama yang sudah tidak sesuai dengan konteks pendidikan zaman sekarang sehingga banyak hak anak yang terabaikan. Proses pembelajaran yang seharusnya saya lakukan adalah menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja namun juga afektif psikomotor spiritual sosial dan budaya, semua yang berkaitan dengan kodrat anak. Semestinya saya menempatkan murid pada porsinya yaitu bukan sebagai objek pembelajaran melainkan subjek pembelajaran yang artinya murid memiliki kebebasan berekspresi mengemukakan pendapat dan berkreasi sesuai dengan metode atau model pembelajaran dan media yang tepat.

Saya sebagai guru semestinya menjadi  pamong dan fasilitator dalam proses pembelajaran, penuh kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan hati mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid. Selain itu, sebagai guru saya seharusnya memahami karakteristik murid karena setiap anak dilahirkan unik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, saya harus lebih menghargai setiap karakter murid dengan memberikan layanan dam kesempatan kepada mereka untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya.

 

D.  Penerapan di Kelas Untuk Mewujudkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Hal yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain :

1.     Merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai dengan model pembelajaran yang student-centered (berpusat pada murid). Saya akan menerapkan pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu berpikir kritis kreatif komunikasi dan kolaborasi dengan berpegang teguh pada konsep memerdekakan anak. Pembelajaran tidak lagi menuntut tetapi menuntun karena tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik kepada murid dan berusaha menjadi teladan bagi murid, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

2.     Saya akan berusaha memahami karakter dan latar belakang murid dengan lebih baik lagi dengan menjalin komunikasi yang baik.

3.     Saya akan membiasakan diri untuk melakukan refleksi dalam setiap kegiatan pembelajaran agar saya dapat mengevaluasi proses pembelajaran yang  sudah saya lakukan dan melakukan tindak lanjut yang sesuai agar proses pembelajaran selanjutnya dapat berjalan lebih baik.